Jumat, 25 November 2011

AGRIBISNIS PETERNAKAN SEBAGAI HARAPAN MASA DEPAN


Oleh :  Zumarni, S.Pt., TPL Kusau Makmur
Bisa menjadi menarik dan jika di yakini sangat menguntungkan, begitulah ungkapan pak Hasibuan (45). salah seorang anggota KUB Tunas Muda LED Agro Makmur Desa Kusau Makmur.
            KUB Tunas Muda merupakan salah satu contoh kelompok tani yang bergerak dalam bidang perkebunan dan peternakan dengan jumlah anggota 14 orang. KUB Tunas Muda mempunyai usaha utama dalam bidang perkebunan sawit, kemudian pada tahun 2008 disusul dengan usaha peternakan dengan luas lahan ± 2 Ha per anggota.

Mulai Berkembang
            Berawal dari usaha perkebunan sawit, sekarang sudah berkembang menjadi pertanian terpadu melalui jasa Lembaga Ekonomi Desa yang di program oleh BAPPEDA Kabupaten Kampar yang dikenal dengan nama PPEMK.

            Sistem Integrasi sapi-kelapa sawit yang dimiliki oleh KUB Tunas Muda berawal dari tahun 2008 dengan total populasi ternak sebanyak 6 ekor, yakni; jenis sapi unggul simental dan jenis sapi lokal lainnya. Usaha ini terus berkembang, begitu juga dengan peternakannya dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif.

Pada tahun 2010, dengan adanya program pemberadayaan masyarakat di Kabupaten Kampar (PPEMK), kelompok ini ikut bergabung dalam program tersebut dan mengajukan dana pinjaman senilai Rp. 5.000.000 s/d Rp. 3.000.000 per anggota untuk kelancaran usaha yang didanainya. Dengan adanya program ini masyarakat merasa sangat terbantu. Hal ini terbukti dengan peningkatan dalam pengembangan usahanya.
Terlihat bahwa integrasi pengembangan Tanaman-ternak, secara nyata berdampak peningkatan produksi dan produktivitas usahatani. Salah satu bukti menunjukkan bahwa dari total populasi ternak sebanyak 6 ekor sekarang sudah berkembang menjadi 39 ekor ungkap pak Hasibuan (31/5/2011). Selanjutnya perkiraan dampaknya terhadap perbaikan ekonomi rumah tangga petani di KUB ini, diindikasikan oleh rata-rata pendapatan rumah tangga. Dari analisis sementara diketahui bahwa pendapatan rumah tangga petani tahun 2010 adalah ± Rp 8.707.000 meningkat menjadi masing-masing ± Rp 9.965.000 pada tahun 2011 (VPA 2011).
KUB Tunas Muda sebagai salah satu kelompok tani perkebunan sawit yang cukup besar, tentunya selain menghasilkan produk utama, juga menghasilkan produk sampingan/ limbah (By product). Hal ini akan menghabiskan biaya yang tidak sedikit dalam pengolahan limbahnya. Untuk itu, terobosan baru muncul dari divisi peternakan untuk memanfaatkan limbah (Waste) perkebunan tersebut sebagai pakan alternatif.
            Selanjutnya sebagai salah satu perkebunan yang menerapkan prinsip LEISA (Low Exsternal Input Sustainable Agriculture) berusaha untuk tidak ada menghasilkan limbah yang bisa mengganggu kestabilan lingkungan. Disini limbah sapi dikumpulkan untuk dijadikan kompos.
“Proses pengomposan bahan organik menjadi kompos pada dasarnya adalah proses perubahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana dengan memanfaatkan mikroorganisme.Tujuan pengomposan adalah menyeimbangkan unsur karbon dan nitrogen dalam limbah tersebut, membunuh mikroba pathogen”.
Memasuki era perdagangan bebas dan tren desentralisasi, pembangunan pertanian menghadapi berbagai tantangan, yaitu pemenuhan kecukupan pangan, peningkatan kesejahteraan petani, serta penyediaan lapangan kerja melalui pengembangan usaha dan sistem agribisnis berdaya saing. Penggunaan produk pertanian akan makin beragam, tidak saja untuk konsumsi langsung, tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak.
Sementara itu, diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-product) yang sering dianggap sebagai limbah (waste product) telah mendorong perkembangan usaha agribisnis yang integratif dan sering disebut dengan pola pertanian ramah lingkungan atau zero waste.
 
Melalui gambaran program ini dapat dilihat bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kampar telah mampu menciptakan Lembaga Ekonomi Desa (LED) bagi masyarakat miskin dengan memberikan jasa simpan pinjam kepada kelompok tani. Program yang dimulai sejak tahun 2010 ini mampu memberikan manfaat sangat besar bagi petani di Desa Kusau Makmur yang tidak memiliki cukup sumber daya (terutama modal) dan akses pemasaran.
Keberhasilan kegiatan tersebut didukung oleh suatu program yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta dilaksanakan dengan pendekatan dan prinsip agribisnis yang dilakukan secara jujur, adil, transparan dan konsisten
 

 

Artikel Terkait

1 komentar:

  1. Terimaksih buat Sofina Anggia, SP yang telah mampu memetakan Sumberdaya Lokal di Kasau Makmur, kemudian merencanakan dan membuat program aksinya... Salut buat Zumarni, SPt yang mampu melanjutkan perencanaan kegiatan di Kasau Makmur (Anda telah berhasil menjadi pemimpin yang bukan " Pemimpin Kilometer NOL" ). Sebuah Profil yang sangat baik .. Maju Terus PEMK

    BalasHapus

Tuliskan Komentar anda !